TRANSFORMASI KOMUNIKASI PUBLIK

Assalamualaikum Wr. Wb.

Halo Teman - Teman. Apa kabar kalian Semua? Mudah-Mudahan Diberikan Kesehatan Selalu. Dimasa Pandemi Sekarang Selalu Terapkan Protokol Kesehatan Bila Berpergian Keluar Rumah. Semoga Pandemi Ini Cepat Berakhir (Aamiin). 

Kali ini Saya Akan membahas tentang Langkah dalam Tranformasi Komunikasi Publik.

Baik, Sudah siap? Okey Kita Mulai Saja Rangkumannya.

Nama   : FARHAN ASSROW ZHAFIRIN

Kelas   : 4EA15
NPM   : 12217171  
 

Tranformasi Komunikasi Publik

 
Perubahan pola komunikasi yang terjadi  di era digitalisasi dewasa ini telah menjadikan arus informasi mengalir dengan deras dan cepat, pola-pola komunikasi linier mulai digantikan dengan pola-pola komunikasi simetris, pemanfaatan teknologi informasi komunikasi dan internet semakin mempercepat penetrasi pesan ke dalam berbagai elemen masyarakat, wajar jika Thomas L. Friedman mengatakan jika the world is flat.
 
Perubahan pola komunikasi diera digital, dengan semakin masifnya penetrasi  internet,  diproyeksikan akan semakin mempercepat transformasi ke “pola komunikasi model baru”.  Premis ini bukan tanpa alasan yang mendasar, merujuk hasil survey 2016 oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet) terkait pengguna internet di Indonesia, menunjukkan telah terjadi  lonjakan yang sangat pesat, yakni 132,7 juta orang (51,5%) dari total populasi penduduk Indonesia 256,2 juta orang.

Lonjakan pesat pengguna internet di Indonesia dalam 2 tahun terakhir (2014-2016) mengalami kenaikan sebesar 44,6 juta, dimana pada tahun 2014 pengguna internet di Indonesia baru sebesar 88,1 juta user, dan diprediksi akan terus meningkat tajam pada tahun-tahun mendatang.
 
Bila dielaborasilebih mendalam, populasi tertinggi pengguna internet indonesia itu mayoritas ada di pulau Jawa dengan persentase 65 % (86,3 Juta orang) dari 256,2 juta orang, pengguna terbanyak ada pada usia 35-44 tahun yakni sebesar 29,2% sedangkan  peng-guna paling sedikit adalah rentang usia 55 tahu ke atas yang hanya berkisar 10%.
 
Dari data statistik tersebut di atas, bila dikaitkan dengan tahapan perkembangan teknologi komunikasi, yang digagas oleh Everett M Rogers, Indonesia sejatinya telah memasuki fase interactive communication era sebagai tahapan lebih lanjut dari pengembangan era telekomunikasi. Era ini ditandai dengan penggunaan  internet sebagai media baru (new media).
 
Transformasi  penggunaan internet sebagai media baru (new media)telah mengubah sifat dan ruang lingkup media komunikasi , transformasi ini menegaskan bahwa second media age, dengan pola simetris dan interaktif, telah mulai menggeser dominasi media broadcast seperti surat kabar, radio dan televisi, pemberitaan yang viral dan menjadi tranding topic  dalam media sosial bahkan acapkali menjadi pemberitaan utama pada media mainstream.
 
Pergeseran pola komunikasi di era digital telah menjadikan citizen journalism sebagai suatu fenomena baru, komunikasi sekarang bukan lagi two-step communication model, tetapi multi-step communication model, yang memposisikan  individu  menjadi  kekuatan baru yang dapat  mempengaruhi opini publik.
 
Hadirnya era digital  dan terjadinya pergeseran pola komunikasi, dengan trend meningkatnya penggunaan internet, serta merujuk pada distribusi sebaran usia pengguna-nya,  seyogyanya menjadi momentum bagi praktisi humas (hubungan masyarakat) atau PR (public relations) dan pengelola informasi publik di K/L, BUMN dan organisasi pemerintah lainnya, untuk mampu berubah dan beradaptasi dengan mereposisi manajemen strategik dalam komunikasi publik.
 

Hasil laporan tersebut menunjukkan bahwa organisasi yang sukses di dunia digital ternyata memiliki strategi yang tepat dalam menghadapi transformasi digital. Strategi dalam menghadapi transformasi digital tersebut adalah :

1.      Membuat rencana digital secara komprehensif

Setiap organisasi yang ingin sukses dalam menghadapi transformasi digital perlu membuat rencana digital yang rinci dan komprehensif. Rencana tersebut memuat tujuan akhir yang ingin dicapai, target jangka panjang maupun jangka pendek, serta matriks yang dipergunakan untuk mengukur efektivitas strategi digital yang dijalankan. Semua aspek perencanaan tersebut harus berjalan beriringan dengan aspek lain dari organisasi tersebut. Perencaanan yang matang akan membantu organisasi untuk tetap berada di jalur yang tepat sepanjang perjalanan digital mereka.

 
2.      Perekrutan SDM yang tepat

Untuk dapat mengimbangi perkembangan dunia digital yang begitu cepat dibutuhkan SDM yang memiliki skill dan kemampuan yang tepat. Perekrutan SDM yang memiliki skill dalam hal penguasaan AI atau kecerdasan buatan, kemampuan dalam hal programming robotic, atau kemampuan teknis lain seperti pengembangan model analitik perlu dilakukan untuk memastikan organisasi tersebut tidak ketinggalan dalam aspek digital.

 
3.      Menggunakan teknologi yang tepat dan sesuai kebutuhan.

Pemanfaatan teknologi sebagai menjalankan usaha menjadi salah satu  strategi dalam menghadapi transformasi digital. Contoh dari pemanfaatan teknologi ini adalah penggunaan program RPA untuk menjalankan tugas rutin seperti pengambilan data, penggunaan kecerdasan buatan untuk melakukan tes populasi, dan juga menggunakan Internet of Things (IoT) untuk melakukan asesmen terhadap resiko yang dapat muncul setiap saat dalam proses menjalankan usaha.

 
4.      Pemanfaatan data real time.

Teknologi digital memungkinkan para pelaku usaha dan pemilik usaha untuk mendapatkan data secara real time. Data ini dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat berdasarkan hasil asesmen terhadap dampak yang mungkin terjadi, resiko yang harus dihadapi, serta waktu yang tepat untuk melaksanakan keputusan tersebut.

 
5.      Membangun komunikasi antara pengambil keputusan dengan pelaku dunia digital.

Sebuah strategi digital dapat diterapkan saat telah mendapat persetujuan dari para pengambil keputusan. Oleh karena itu, perlu dibangun komunikasi antara para pengambil keputusan dan para pelaku dunia digital dalam organisasi yang sama. Komunikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari bekerja sama dalam mengembangkan strategi risiko atau memberi laporan berkala mengenai risiko dari setiap strategi digital yang akan diambil.

 
6.      Penggunaan matriks risiko yang tepat.

Setiap aksi atau strategi digital yang diterapkan dalam sebuah organisasi memiliki risiko masing-masing. Penggunaan matriks risiko menjadi hal yang krusial, untuk melihat seberapa besar risiko yang dihadapi. Dengan memahami risiko yang ada, para pengambil kebijakan dapat menjadi lebih proaktif dalam mengambil tindakan pencegahan atau penanggulangan risiko tersebut.

 
Transformasi digital adalah hal yang pasti terjadi. Organisasi yang tidak siap dalam menghadapi transformasi tersebut akan menghadapi masalah besar di masa yang akan datang. Oleh karena itu, setiap organisasi perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan tersebut dengan cara yang tepat.
 

Nah, itulah yang hanya saya bisa sampaikan pada blog saya. mudah-mudahan bermanfaat untuk kawan-kawan sekalian. sekian dari saya

 

Farhan Assrow Z

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LEASING

  Assalamualaikum Wr. Wb. Halo Teman - Teman. Apa kabar kalian Semua? Mudah-Mudahan Diberikan Kesehatan Selalu. Dimasa Pandemi Sekarang Se...